Riset Tentang Pengaruh Lingkungan Keluarga: Miskin akan tetap Miskin.

Lingkungan Keluarga
Tweet
Share
Share
Pin
0 Shares

Lingkungan Keluarga-Kembali ke bahasan tentang mindset menuju kesuksesan. Dimana sebelumnya kita telah membahas tentang hal-hal yang berpengaruh pada pembentukan mindset. Salah satu diantaranya adalah lingkungan keluarga.

Mari kita membahas satu dua riset yang berkaitan tema ini. Riset terkini dari instansi penelitian SMERU Institute memperlihatkan jika anak yang lahir dari lingkungan keluarga miskin condong berpendapatan lebih rendah saat mereka dewasa.

Riset yang sudah diterbitkan di makalah internasional Asian Development Bank (ADB) memperlihatkan penghasilan beberapa anak miskin sesudah dewasa 87% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak tinggal di lingkungan keluarga miskin.

Baca Juga:

Pengertian dan Contoh-Contoh Fix Mindset

Pengertian dan Contoh-Contoh Growth Mindset

Meriset 1500+ Anak

Memakai data yang diambil dari kehidupan rumah tangga di Indonesia atau yang disebutkan dengan Indonesian Famili Life Survei (IFLS), team periset SMERU Institute yang dipegang oleh Mayang Rizky, Daniel Suryadarma, Asep Suryahadi memproses data dari 1.522 anak dan memperbandingkan penghasilan mereka di tahun 2000 saat mereka berusia 8-17 tahun dengan penghasilan mereka pada 2014 saat mereka mencapai umur 22-31 tahun.

Menariknya, saat penelitian ini di-launching ke khalayak, beberapa faksi meragukan hasil riset itu. Beberapa menolak hasil penelitian ini dan pilih yakin jika anak yang miskin bisa jadi terlepas dari jerat kemiskinan saat mereka berusaha keras.

Riset itu memang memiliki sifat kuantitatif dan tidak menjawab kenapa anak yang tumbuh dari lingkungan keluarga miskin akan condong masih tetap miskin saat mereka dewasa.

Tetapi, pada 2015, ada sebuah riset kualitatif yang dilaksanakan SMERU Institute yang bisa menolong menerangkan kenapa ini dapat terjadi.

Lingkungan Keluarga Miskin
Lingkungan Keluarga Miskin Vs Keluarga Kaya

Lingkungan Keluarga: Faktor Tertinggi Kemiskinan

Riset itu memperlihatkan jika keluar jerat kemiskinan tidak segampang yang beberapa orang pikirkan. Karena kemiskinan yang terjadi pada beberapa anak terkait dengan keadaan kemiskinan keluarganya.
Kemiskinan keluarga akan batasi akses beberapa anak mereka pada bermacam peluang (misalkan untuk memperoleh pengajaran dan servis kesehatan) yang sesungguhnya dibutuhkan untuk membenahi keadaan ekonomi mereka.

Riset yang dilakukan pada tahun 2015 tersebut dilaksanakan di dua kelurahan yang berlainan, yaitu di Jakarta; Makassar, Sulawesi Selatan; dan Surakarta, Jawa tengah.

Penelitian ini mengikutsertakan minimal 250 anak lelaki dan wanita dari lingkungan keluarga miskin yang berumur 6-17 tahun di ke-3 kota itu.

Dalam riset ini, kami ingin memperhatikan sudut pandang subyektif beberapa anak mengenai kemiskinan. Kami menginterviu beberapa anak itu mengenai keadaan hidup mereka dan mendapati jika ketidaksamaan keadaan kesejahteraan orangtua tentukan nasib anak-anaknya.

Anak Paham Bahwa Ia Miskin

Riset ini mendapati jika beberapa anak ternyata benar-benar sanggup menerangkan komplikasi kemiskinan yang menjeratnya. Mereka mengetahui ada ketidaksamaan status sosial-ekonomi di lingkungannya lewat beberapa hal yang terlihat seperti keadaan rumah, pakaian, alat berkomunikasi dan kendaraan.

Seorang anak dapat menjelaskan mereka miskin saat mereka tinggal di dalam rumah yang kecil, tidak punyai banyak kamar, lingkungan yang padat dan relatif kotor seperti banyak sampah. Mereka dapat menggambarkan rekan-rekan yang tidak miskin dengan gambaran bahwa mereka mempunyai handphone dan kendaraan motor.

Dari interviu beberapa anak yang bercerita keadaan hidup mereka, riset tersebut mengaitkan jika ketidaksamaan keadaan kesejahteraan orangtua tentukan nasib anak-anaknya.

Dalam kata lain, ketidaksamaan kesejahteraan orangtua mengakibatkan keadaan ekonomi beberapa anak mereka berada di garis awal yang berbeda.

Anak yang orang tuanya mempunyai asset atau sumber daya maka memberi kesempatan untuk anaknya agar bisa tingkatkan kesejahteraan atau keberhasilan pada periode yang lebih cepat.

Baca Juga:

Pengertian dan Contoh-Contoh Fix Mindset

Pengertian dan Contoh-Contoh Growth Mindset

Perbedaan Anak Kaya dan Anak Miskin

Misalkan, beberapa anak yang lahir dari lingkungan keluarga kaya mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapat pengajaran yang bersifat non formal, baik yang karakternya memberikan dukungan perolehan pengajaran formal seperti les atau yang karakternya mempertajam ketrampilan dan kekuatan emosional dan religius bahkan juga semenjak umur masih dini.

Akses pada pengajaran yang tidak imbang ini menerangkan kenapa anak miskin susah keluar dari jerat kemiskinan.

Contoh lain, beberapa anak tidak miskin yang diberi handphone dan kendaraan motor dipandang mempunyai kesempatan semakin besar untuk melakukan mobilisasi, mendapatkan pengalaman baru, terhitung berjejaring dengan beberapa orang baru yang bakal memberi kesempatan ekonomi yang semakin besar.

Termasuk ketidaksamaan skema asuh dalam masyarakat miskin yang condong otoriter dan reaktif yang beresiko melanggengkan budaya miskin.

Beberapa anak dari lingkungan keluarga miskin akui jika orangtua mereka condong gampang geram dan menghukum sewaktu mengetahui anaknya hadapi permasalahan daripada mempunyai peluang untuk menceritakan kenapa permasalahan itu dapat terjadi dan mendapatkan jalan keluarnya.

Sebagai contoh, seorang anak akui seringkali terima pukulan ketika orang tuanya tahu jika dia berkelahi di sekolah. Walau sebenarnya, perkelahian itu karena si anak menerima penghinaan dari rekan-rekan sepantarannya. Tanpa kekuatan mendengar dan menemukan jalan keluarnya, sikap orangtua semacam itu cuman akan membuat si anak makin frustrasi dalam menjalani pendidikan, walau sebenarnya pendidikan ialah jalan keluar untuk kemiskinan.

Faktor yang Mempengaruhi Pengasilan di Masa Depan

Skema pengasuhan pasti benar-benar terkait dengan tingkat pengajaran orangtua. Kita mengetahui, jika sekitaran 63% warga miskin di Indonesia cuman mendapat Pendidikan tingkat sekolah dasar atau mungkin tidak bersekolah sama sekalipun.

Dalam riset tahun 2019, team periset mengaitkan bagaimana anak miskin tetap miskin saat dewasa sesudah mengetes tujuh factor yang kemungkinan punya pengaruh pada kenaikan pendapatan mereka dan mendapati jika keadaan beberapa anak itu tetap sama sesudah 14 tahun.

Ke-7 hal yang diteliti ialah (1) status kemiskinan , (2) hasil test matematika, (3) lama bersekolah, (4) kemampuan paru-paru (untuk memvisualisasikan keadaan kesehatan), (5) jaringan pekerjaan lewat famili, (6) hasil test kognitif dan (7) hasil test kecenderungan untuk stres.

Sebagai contoh, salah satunya yang dites ialah hasil test matematika. Ternyata, meskipun ada kemiripan nilai matematika yang didapat di antara beberapa anak yang miskin sama yang tidak, tetapi saat mereka bergerak dewasa, penghasilan sang anak miskin masih tetap jauh dari penghasilan sang anak tidak miskin saat dewasa.

Maknanya, pengajaran (yang dilukiskan lewat hasil test matematika) tidak berpengaruh berarti pada pendapatan beberapa anak miskin pada periode di masa depan dibanding beberapa anak kaya.

Melalui riset tersebut pada tahun 2015 dapat diambil kesimpulan jika ini dapat muncul karena beberapa anak miskin dan beberapa anak tidak miskin mempunyai modal yang tidak imbang dari lingkungan keluarganya. Ini yang menyebabkan mereka berada pada garis awal yang tidak sejajar dalam mendapat peluang ekonomi

Cara Keluar dari Jerat Kemiskinan

Untuk keluarga atau anak yang saat ini berada di lingkungan kelaurga miskin, maka harus sesegera mungkin membenahi berbagai sektor agar kemiskinan tidak ditularkan kepada keturunannya.

Menyekolahkan anak saja tidak pernah cukup, perlu ada usaha lebih yang harus dilakukan, banyak cara yang bisa dilakukan agar anak mendapatkan pendidikan yang layak.

Pendidikan adalah gerbang utama melakukan perbaikan, tapi jangan harap itu akan berhasil jika hanya dengan menyekolahkannya saja. Anak harus tetap dipantau bagaimana perkembangannya di sekolah. Ketika pulang harus diberikan tambahan jam belajar atau skill.

Tidak perlu ditempatkan ke tempat les karena biayanya tidak murah, ada alternatif seperti mengirimnya ke perpustakaan desa atau memintanya untuk bekerja kelompok dengan teman sebayanya membahas pelajaran di sekolah.

Atau bisa mempelajari materi-materi yang ada di zonamikir.com

Banyak jalan menuju roma. Jangan biarkan anak yang lahir dari kelaurga miskin kembali miskin saat dewasa. Berikan akses seluas-luasnya untuk belajar dan belajar.

 

Terimakasihh sudah berkunjung ke zonamikir.com

Baca Juga:

Pengertian dan Contoh-Contoh Fix Mindset

Pengertian dan Contoh-Contoh Growth Mindset

Tweet
Share
Share
Pin
0 Shares

Recommended For You

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *