Pengertian Belief System dan Cara Memanfaatkannya

belief system
Tweet
Share
Share
Pin
0 Shares

Berbicara tentang belief system. Izinkan saya untuk menceritakan latar belakang saya.

Saya adalah seorang muslim, dari kecil telah dididik oleh orang tua untuk senantiasa bersandar kepada Allah.

Hal tersebut didukung dengan lingkungan dan orang-orang yang beragama muslim pula.

Sampai detik ini, tidak ada argumen satu pun yang bisa menggoyahkan keyakinan saya bahwa Islam adalah agama yang paling benar.

Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.

Nah, pertanyaannya, apakah keyakinan saya bisa berubah? apakah keyakinan saya bisa bergeser atau bahkan berpindah agama.

Dengan keyakinan saya saat ini, mengucapkan naudzubillahimin dzalik (Semoga Allah melindungi kami dari hal demikian) adalah yang paling nyaring untuk digaungkan.

Membayangkan berpindah agama saja sudah membuat bulu kuduk berdiri dan hati tak tenang, apalagi jika benar-benar melakukannya.

Definisi Belief

Lantas apa yang dinamakan keyakinan atau kepercayaan. Menurut wikipedia, Keyakinan dan kepercayaan (bahasa Inggris: belief) adalah “suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.”

Keyakinan dan kepercayaan akan senantiasa tumbuh dan berkembang. Keyakinan tersebut bisa semakin kuat atau semakin lemah. Bisa semakin jelas, atau sebaliknya, malah jadi semakin suram.

Meskipun seseorang yang sudah memiliki keyakinan akan sesuatu, dan ia merasa sudah mencapai kebenaran, hal tersebut bisa berubah seiring waktu berjalan. Hal ini dipengaruhi oleh informasi yang ia tangkap atau pengalaman yang ia lewati.

Di tahun 2004, seorang siswa sekolah dasar menerima pelajaran sejarah yang menjelaskan bahwa manusia berasal dari monyet yang terus mengalami revolusi hingga menjadi seperti ini. Teori ini dikenal dengan Teori Darwin. Namun seiring waktu berjalan, teori Darwin terpatahkan dengan sendirinya. Keyakinan bahwa manusia berasal dari monyet kini sudah terbantahkan.

Berbeda dengan keyakinan bahwa manusia berasal dari saripati tanah, meskipun sampai saat ini tidak ada yang bisa membuktikan bisa membuat manusia dari tanah, namun, kita bisa melihat, bahwa manusia yang telah meninggal, kemudian dikubur di dalam tanah, seiring berjalannya waktu, maka jasad tersebut berbaur dengan tanah. Ini adalah keyakinan yang sampai detik ini diyakini oleh umat muslim, utamanya baginda Nabi Muhammad Saw.

Belakangan saya ikut berpikir, bahwa mungkin yang digambar Darwin bukanlah monyet yang menyerupai manusia. Tapi memang manusia yang pada zaman itu belum mengenal barber shop, belum mengenal skincare, mempunyai penyakit tulang punggung yang membuatnya terlihat lebih membungkuk. Masuk akan kan? mmmppp.

Itulah sekilas tentang belief atau kepercayaan atau keyakinan.

Definisi Belief System

Belief system menjadi salah satu bahasan di artikel saya sebelumnya. Belief System menjadi salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan atau pembentukan mindset, adapun yang lainnya adalah: lingkungan keluarga, hubungan dengan orang lain,  pembelajaran yang dilakukan. Kamu bisa baca itu nanti dengan cara mengklik tulisan tadi.

Baca Juga:

[Terlengkap] Ilmu tentang Mindset

Lingkungan Keluarga Jadi Faktor Penentu Kemiskinan

Pengaruh Networking Kepada Perkembangan Hidup

Sekolah Tak Menentukan Kualitas Seseorang

Belief berasal dari bahasa inggris yang berarti kepercayaan, sedangkan system berasal dari bahasa Latin yaitu systema dan bahasa Yunani yaitu sustema yang artinya,

” suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan”.

Dari pengertian kedua kata di atas dapat disimpulkan bahwa belief system adalah satu kesatuan atau kumpulan, membentuk keyakinan yang telah berpola dan terhubung antara satu dengan yang lainnya untuk membuat satu respond atas apa yang terjadi pada dirinya.

Menurut Jesseray, Belief System adalah inti atau pusat dari segala hal yang diyakini sebagai sebuah kebenaran, realitas, dan nilai hidup yang diketahui di dunia ini.

Menurutnya, merubah belief system adalah hal yang sulit karena merupakan sifat manusia. Belief sendiri memiliki arti menerima sesuatu sebagai kebenaran. Penerimaan ini dilakukan oleh pikiran dan biasanya didasari oleh perasaan bulat, perasaan tersebu bersifat spiritual dan emosional.

Dari ardanakonsultan didapatkan pengetahuan baru bahwa kontruksi belief terdiri dari ide atau pernyataan ditambah dengan persetujuan. Atau disederhanakan seperti ini:

Ide/Pernyataan + Persetujuan = Belief.

Di dalam ilmu Neuro Linguistic Programming. Bahwa belief system merupakan bagian dari tubuh yang bertugas sebagai filter atas informasi yang masuk melalui visual, auditory, kinesthetic, olfactory, gustatory. Informasi tersebut difilter oleh belief, intention, meta program, experience, dan lain-lain sebelum akhirnya masuk menjadi map dan menghasilkan output berupa kebiasaan atau behavior, action atau aksi, respond atau respon.

Baca Juga:

[Terlengkap] Ilmu tentang Mindset

Lingkungan Keluarga Jadi Faktor Penentu Kemiskinan

Pengaruh Networking Kepada Perkembangan Hidup

Sekolah Tak Menentukan Kualitas Seseorang

Proses Pembentukan Belief System

Saat lahir, kita seperti kertas kosong yang siap untuk menjadi catatan untuk hal apapun. Belief system ibarat garis-garis pertama atau kerangka pertama yang akan diletakkan di atas kertas. Setelah kerangka tersebut jelas, maka isi catatan disesuaikan dengan garis yang telah disusun.

Pemenuhan catatan pun disesuaikan dengan garis yang telah terbentuk. Garis itulah yang dinamakan belief system.

Pertanyaannya, bagaiaman proses pembentukan garis atau kerangka tersebut? Sama hal-nya dengan kertas yang baru, proses pembentukan belief system pun terjadi di masa-masa awal kehidupan seorang manusia, saat ia masih polos dan belum mengerti apapun.

Proses pembentukan tersebut terbagi menjadi tiga bagian/fase, yaitu: usia 3 tahun pertama disebut sebagai masa tanam, fase kedua disebut sebagai modeling, fase ketiga disebut sebagai fase sosial.

Fase Masa Tanam

Fase ini terjadi antara usia 0-3 tahun. Di Fase ini, lingkungan terdekat seperti orang tua dan saudara sangat berpengaruh pada pembentukan belief system anak. Ia akan menyerap secara utuh seluruh informasi yang masuk melaui panca inderanya. Informasi tersebut diserap 100% tanpa filter sama sekali. Inilah yang disebut sebagai informasi primer. Informasi primer ini kita sebut di atas sebagai garis kerangka.

Alih-alih melakukan filter, justru informasi yang masuk inilah yang akan memfilter informasi berikutnya yang masuk melalui panca indera.

Di dunia NLP, kita mengenal isitilah pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Nah, pada fase ini, anak senantiasa menggunakan pikiran bawah sadar, artinya, ia akan menyerap semua hal, bukan sekedar belajar bahasa ibunya, namun belajar hal lain yang lebih berpengaruh kepada hidupnya seperti gaya hidup, cara belajar, cara merespond, value goal, pola pikir, dll.

Fase Modeling

Fase ini terjadi antara usia 7-14 tahun. Sangat penting membangun kedekatan dengan anak pada usia ini, karena ia akan meniru apa yang dilakukan oleh orang yang ia kagumi, sayangi dan menginspirasinya.

Menjadi berbahaya jika ia meniru perilaku buruk orang lain yang ia sayangi, dan bisa jadi itu bukan kita, karena kita senantiasa tidak berada di dekatnya.

Hal ini telah dicontohkan oleh iklan pasta gigi, dimana ayahnya menyikat gigi sebelum tidur, ada anak kecil yang berada di sampingnya mengikuti gerakan ayahnya menyikat gigi. Hal ini pun berlaku untuk semua hal.

Tapi kejadian di atas tidak akan terjadi jika sang ayah tidak menjadi idola bagi anak, hal ini bisa disebabkan karena anak membenci ayahnya, atau ayahnya kurang melakukan pendekatan kepada anaknya.

Maka, jadilah orang yang menginspirasinya. Jadilah orang yang paling disayanginya.

Baca Juga:

[Terlengkap] Ilmu tentang Mindset

Lingkungan Keluarga Jadi Faktor Penentu Kemiskinan

Pengaruh Networking Kepada Perkembangan Hidup

Sekolah Tak Menentukan Kualitas Seseorang

Fase Sosial

Fase ini terjadi pada usia 14 tahun sampai 21 tahun. Dimana anak belajar dan mengadopsi belief yang ada pada teman-temannya. Selain itu, belief systemnya akan terbentuk melalui media sosial, media masaa, pendidikan sekolahnya dan sebagainya.

Pada masa ini, orang tua biasanya mengalami kemunduran peran yang signifikan terhadap pembentukan kontruksi belief systemnya. Maka jangan heran banyak orang tua yang kewalahan menjaga anaknya agar senantiasa memegang prinsip keluarganya karena memang masanya telah lewat.

Pada masa ini pula, anak sudah bisa mengontrol, belief apa yang akan ia terima atau tidak. Penerimaan tersebut tentu bisa dilakukan secara sadar atau bahkan tidak.

Memanfaatkan Belief System untuk Perkembangan Hidup

Setelah mengetahui definisi  dan fase belief system. Dapat dikatakan bahwa belief system lah yang membuat hari ini kenapa kita bisa bahagia atau bersedih. belief systemlah yang membuat kita hari ini bersemangat atau malas. Belief systemlah yang membuat kita saat ini jobless atau produktif.

Sistem keyakinan sangat berpegaruh kepada nasib kita hari ini dan masa depan. Kita hari ini adalah hasil dari apa yang membentuk kita selama bertahun-tahun ke belakang. Dan bagaimana nasib kita di masa depan, tergantung dengan bagaimana cara kita membentuk belief system kita hari ini.

Memanfaatkan belief system untuk perkembangan atau nasib hidup kita di masa depan akan sangat tergantung dengan input.

Mulai hari ini, jika ingin memiliki nasib yang baik di masa depan, mulai berhati-hatilah terhadap apa yang kita baca, membaca hal-hal yang buruk akan membuat kita buruk (tergantung respond). Dan membaca hal baik akan membuat kita menjadi baik (sekali lagi, itu tergantung respond).

Saya ingin membahas lebih detail tentang kalimat yang di dalam kurung dari paragraf di atas, yaitu “tergantung respond”. Respond bisa terdiri dari sikap kita atau self talk yang senantiasa bekerja meskipun terjadi tanpa kesadaran diri kita.

Self talk adalah bentuk lain dari belief system. Dan self talk senantiasa dilakukan setiap  saat, dalam kondisi apapun dan dimanapun. Self talk adalah diskusi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap segala hal yang sedang, telah atau akan terjadi.

Self talk ini lah yang akan menentukan nasib seseorang, jika baik self talk nya, maka akan baik nasibnya.

Contoh: untuk memperbaiki kualitas belief system kita, maka diperlukan input positif, diantaranya bisa didapatkan dengan senantiasa membaca artikel-artikel terbaru di zonamikir.

Nah, apa yang anda pikirkan setelah membaca kalimat di atas? kata-kata apa yang berseliweran dalam benak anda ketika membaca kalimat di atas?

Jika kalimat tersebut mirip-mirip dengan kalimat ini “baik, saya ingin sukses, dan ingin punya belief system yang baik, saya akan baca artikel di sini setiap hari”, maka selamat, self talk anda sudah positif, siap-siap bernasib baik di masa depan.

Namun sebaliknya, jika kalimat yang terngiang dalam pikiran anda mirip-mirip dengan ini “oalaah, promosi lagi, promosi lagi, gak bosan apa? gak lah, ngapain baca beginian, ngabisin kuota aja”, maka, hati-hati, segera rubah self talk anda seperti contoh kalimat sebelumnya, atau anda akan bernasib buruk di kemudian hari.

Selamat berselancar dengan pikiran anda, dan selamat menjemput nasib baik dan kesuksesan.

Salam sukses untuk semuanya. Terimakasih sudah membaca artikel ini.

Baca Juga:

[Terlengkap] Ilmu tentang Mindset

Lingkungan Keluarga Jadi Faktor Penentu Kemiskinan

Pengaruh Networking Kepada Perkembangan Hidup

Sekolah Tak Menentukan Kualitas Seseorang

 

 

Tweet
Share
Share
Pin
0 Shares

Recommended For You

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *